Genting anti gempa dari limbah styrofoam
Genting anti gempa karya mahasiswa Universitas Diponegoro memenangkan medali emas pada kontes International Trade Fair of Ideas, Invention, and New Product (The iENA) di Jerman.
Melihat bencana alam gempa yang terjadi di Indonesia dan banyaknya limbah styrofoam, membuat lima mahasiswa Universitas Diponegoro, Semarang, berinovasi membuat genting anti gempa berbahan styrofoam .
Sekilas pandang, genting terlihat sama seperti genting pada umumnya dengan ukuran 42 x 33cm. Perbedaannya ada pada bahan pembuatannya, yaitu campuran pasir, semen, air dan styrofoam yang telah dihancurkan.
"Bentuk dan teksturnya seperti genting biasa karena cetakannya pun dari pabrik. Untuk warnanya dicat oranye, mirip genting tanah liat," kata Yunnia Rahmandanni, Ketua Tim Genteng Styrofoam, saat dihubungi Beritagar.id melalui telepon pada Rabu (28/11/2018).
Pemilihan bahan campuran genting, yaitu styrofoam terjadi karena melihat ada banyak limbah di tempat pembuangan akhir milik universitas. Selain itu, tak seperti plastik yang bisa terurai 50-100 tahun, styrofoam tidak dapat terurai secara alami.
"Limbah styrofoam itu banyak banget, apalagi di kampus kalau wisuda, banyak karangan bunga, lalu semua masuk tempat pembuangan, dan kita ambil dari situ," ujar Yunnia.
Selain Yunnia, Tim Genteng Styrofoam terdiri dari Latifa Nida, Nurul Hidayah, Ibadurrahman, dan Rifqi Rudwi.
“Ide membuat genting dilatarbelakangi karena banyaknya gempa di negeri ini. Banyak korban meninggal karena kejatuhan bangunan, terutama atap. Itu dasar kami, mungkin ini ikhtiar kami untuk mengurangi korban,” kata M Nur Sholeh, dosen pembimbing Tim Genteng Styrofoam.
Kata Yunnia, proses pembuatan genting tidak ada yang istimewa. Namun, saat pembuatan, takaran dari bahan, termasukstyrofoam, harus tepat. Dalam tiap genting, ukuran styrofoam dalam adonan tidak boleh lebih dari 20 persen.
Dalam pembuatannya, terjadi beberapa tantangan, misalnya genting beberapa kali retak dan hancur saat diujicoba di laboratorium Teknik Sipil Undip.
“Kebanyakanstyrofoam akan menurunkan kekuatan genting. Kita lalu memakai perbandingannya 2:3. Sekitar 1 ons bahan baku per genteng dari styrofoam. Lainnya pakai pasir dan semen dan zat lain,” jelas Yunnia.
Hasilnya, genting ini sekitar 15 hingga 20 persen lebih ringan. Oleh karena itu, diharapkan genting tidak akan membahayakan warga di daerah rawan gempa.
Genting telah melalui proses pengolahan berbasis sains dan didesain memiliki ketahanan terhadap guncangan karena memiliki bobot lebih ringan dan kelentingan tinggi jika dibanding dengan genting beton.
“Penambahanstyrofoam dilakukan dengan komposisi tertentu, agar dihasilkan genting yang relatif ringan serta memiliki kelentingan optimal, sehingga dapat meminimalisir korban jiwa akibat tertimpa reruntuhan atap akibat gempa” tutur Nur Sholeh, seperti dilansir situs Undip.ac.id.
Produk genteng inovasi ramah lingkungan ini bisa menyerap limbah styrofoam sebanyak 5kg/m2 genting. Jika asumsi satu rumah atapnya 40 m2 maka limbah styrofoam yang dapat diserap sebanyak 200kg styrofoam tiap rumah.
Mendapat medali emas di The iENA
Berkat ide kreatifnya, genting styrofoam meraih medali emas pada kontes International Trade Fair of Ideas, Invention, and New Product (The iENA) pada 1-4 November 2018 laludi Nurenberg, Jerman.
Mahasiswa Universitas Diponegoro ini berhasil mengalahkan 800 peneliti dari 30 negara, seperti Jerman, Tiongkok, Korea Selatan, Swiss, Uni Emirat Arab, dan Inggris.
“Salah satu kunci penilaian Genteng Styrofoam yang kami namakan ‘Environmental Friendly Anti-Earthquake Styrofoam Tile’ (E-FAST) adalah faktor ramah lingkungan,” ungkap Ibadurrahman.
Genting ini juga dinilai ramah lingkungan karena mampu mendaur ulang limbah styrofoam.
Kemudian, jika genting tanah liat pengeringannya dilakukan dengan cara dibakar, genting styrofoam justru tidak bagus jika dibakar karena berisiko mencemari lingkungan.
Kelanjutan dari inovasi ini ialah Tim Genteng Styrofoam akan membuat genting dengan bentuk lebih datar, futuristik, tipis, serta bisa diproduksi dalam jumlah besar.
Tidak ada komentar